ASSALAMUALAIKUM

ASSALAMUALAIKUM

Sabtu, 18 September 2010

BERCITA-CITALAH part 1






“ Barangsiapa mati sedangkan ia belum pernah berjihad, dan ia tidak bercita-cita untuk berjihad, maka kematiannya pada salah satu cabang kemunafikan “ ( H.R. Muslim ).BERMIMPILAH!Suatu hari Umar bin Khattab melukakan dialog dengan beberapa orang di zamannya. Umar bin Khattab berkata : “Bercita-citalah!” Maka salah seorang di antara yang hadir berkata :” Saya berangan-angan kalau saja saya mempunyai banyak uang ( dinar dan dirham ), lalu saya belanjakan untuk memerdekakan budak dalam rangka meraih ridha Allah.”Seorang lainnya menyahut : “Kalau saya, berangan-angan memiliki banyak harta, lalu saya belanjakan fi sabilillah.” Yang lainnya menyahut : “Kalau saya mengangankan kekuatan tubuh yang prima lalu saya abdikan diri saya untuk memberi air zam-zam kepada jama’ah haji satu persatu.”Setelah Umar bin Khattab mendengarkan mereka, ia pun berkata : “Kalau saya, berangan-angan kalau saja di dalam rumah ini ada tokoh seperti Abu Ubaidan bin Jarrah, Umair bin Sa’ad dan semacamnya.”Mungkin Anda bertanya mengapa harus bermimpi? Ternyata banyak orang-orang besar ataupun pemimpin besar yang berangkat dari seorang pemimpi. Jadilah pemimpi besar untuk menjadi pemimpin besar. Seorang tokoh pernah mengatakan, seorang pemimpin harus mempunyai banyak mimpi, jika tidak dia tidak layak menjadi pemimpin.Kalau untuk bermimpi saja tidak berani, maka bagaimana ia berani memimpin? Karena menjadi pemimpin berarti menjadi orang yang cerdas. Yakni berpikir mendahului masanya, meski kadang orang lain belum bisa memahaminya. Ia juga obsesif. Memiliki pikiran dan gagasan besar di luar apa yang dipikirkan orang lain.Maka, jangan takut bermimpi!FILOSOFI CITA – CITA…Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “Keluhuran cita-cita adalah bagian dari keimanan”. Karena orang yang punya cita-cita mulia, obsesi yang tinggi, tujuan luhur, tentunya dia tidak akan menjerumuskan diri dalam kehinaan, dari kemaksiatan, dan kemistaan. Karena itulah bermimpilah dan bercita-citalah setingi bintang. Cita-cita besar adalah tanda kehidupan jiwa, indikasi sukses orang-orang besar. Pintu kebahagiaan siapa saja disebabkan oleh jiwanya selalu terbuka, berpikir dan berjiwa besar.“Kalau anda percaya bisa berhasil, anda akan betul-betul berhasil.” Demikian kata D.J.Schwartz dalam bukunya The Magic of Thinking Big. “Setiap manusia yang menghasratkan sukses atau menginginkan yang sebaik-baiknya dari kehidupan sekarang ini. Tak ada manusia bisa mendapat kesuksesan dari hidup yang merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Tak ada yang ingin merasa dia itu termasuk kelas dua atau terpaksa hidup sebagai “kelas dua” ( D.J.Schwartz, 1978 )Cita-cita besar itu ibarat dinamo. Cita-cita besar itu ibarat dinamo yang menggerakkan arus positif dan arus negatif yang mengontrol tubuh Anda. Cita-cita besar itu ibarat bahan bakar. Memacu kendaraan untuk maju, melesatkan kereta dengan cepat.Cita-cita besar itu adalah pintu. Pintu kebahagiaan, pintu kesuksesan, pintu kesempurnaan. “Dan katakanlah:”Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah ( pula ) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi engkau kekuasaan yang menolong.” ( Al-Isra’:80 )Cita-cita besar itu merupakan obat. Obat penghilang kelemahan, penghilang kemalasan, penghilang kesedihan, penghilang kehinaan.Cita-cita ciri kemuliaan. Orang mulia adalah orang yang memiliki cita-cita. Karena cita-cita akan membangun pendirian yang kokoh, tidak gentar menghadapi masalah, tidak jera menghadapi kegagalan. Sedangkan orang yang tidak memiliki cita-cita akan menjadi pengecut, penakut dan pecundang. Diantara manifestasi cita nan mulia adalah membangun keluhuran jiwa dan menjauhkan diri dari posisi tertuduh.Begitu banyak dan begitu penting untuk menjadi besar dengan cita-cita besar. Tapi jangan sekali-kali merasa besar. Karena merasa besar akan menumbuhkan penyakit jiwa, menyebabkan sengsara dan pembawa derita. Sedang menjadi besar membawa bahagia.JANGAN TAKUT PUNYA CITA-CITAKadang kita takut punya cita-cita, karena takut untuk mencapainya. Padahal cita-cita merupakan energi yang akan menggerakkan jiwa, menggerakkan pikiran untuk kreatif, menggerakkan badan untuk aktif, menggerakkan seluruh tubuh mencapai tujuan. Cita-cita adalah ruh yang menjadikan seseorang tetap bertahan. Seperti Imam Ahmad yang tegar di tengah cambukan tanpa menggeserkan sedikitpun keimanan dan keyakinan yang tertanam. Cita-cita pula yang menghadirkan cinta dan kasih sayang ibu terhadap anaknya, melumurinya dengan doa, menghiasinya dengan tarbiyah. Seperti pengorbanan Ibunda Imam Syafi’I yang mengorbankan seluruh hartanya dan menginfakkan waktunya untuk melahirkan ulama besar, referensi peradaban Islam.BERCITA-CITA ITU SEPARUH KESUKSESANKesuksesan tidak semata-mata diukur pada hasil tapi juga pada proses. Proses merencanakan dengan tujuan yang benar dan mulia. Proses mengorganisasikan dengan rapi dan sistematis. Proses melaksanakan dengan ikhlas, tekun, teliti dan professional. Dan proses evaluasi dengan jujur dan semangat perbaikan tak kenal henti. Dan cita-cita adalah separuh dari kesuksesan. Karena orang yang bercita mulia tak modah goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang hina dan rendah.Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki kejelasan tujuan adalah separuh dari kesuksesan. Adapun yang separuh itu adalah bagaimana kita menempuhnya. Oleh karena itu, persiapkan cita-citamu sejak sekarang. Karena orang yang cerdas, yang punya cita-cita jelas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar