ASSALAMUALAIKUM

ASSALAMUALAIKUM

Selasa, 31 Agustus 2010

PESAN UNTUK WANITA CANTIK


Oleh: Fiqah Islam

Assalamualaikum...
bismillah hirrohmanirrohim...
apa kabar hati?? masihkah seperti embun? tertunduk tawadduk di pucuk2 daun... masihkah ia seperti batu karang? berdiri tegar, menghadapi gelombang ujian...
apa kabar iman?? masihkah ia seperti bintang? terang benderang menerangi kehidupan...
apa kabar sahabatku?? dimanapun dikau berada semoga ALLAH sentiasa MELINDUNGI dan MENJAGA serta MEMBERI KASIHATAN kepada mu hari ini, esok dan untuk selamanya...

Setiap orang adalah unik. Setiap orang ada kelebihan dan kekekurangannya yang tertentu. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Rasululluh s.a.w kerana baginda telah ditentukan maksum. Selebihnya tidak terkecualai daripada sifat lemah, buruk, hina, sakit san bermacam-macam perkara lagi. Anda tidak perlu berasa susah hati lantaran gemuk, tidak menarik, terlalu rendah malah cacat. Biar bagaimana keadaan anda, anda tetap unik dan tanpa anda alam ini tidak sempurna.

Memang ALLAH menjadikan manusia pelbagai rupa dan gaya. Disitulah berkuasanya ALLAH. Dia berhak dan mampu berbuat apa saja mengikut kehendak-Nya. Kita memang tidak ada pilihan untuk mempersoal itu ini, mempertikai itu ini. Anda mungkin berasa rendah hati melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada diri anda.

Nah, anggap ia satu kelebihan. Jika anda sangka anda buruk, ia satu kelebihan yang tiada pada orang cantik. Anda sangka kecantikan sentiasa membawa untung? Tidak, tidak selalunya begitu. Kadang-kadang kecantikan memusnahkan. Setelah anda dikenali sebagai cantik, ketakutan anda terhadap keburukan lebih besar daripada jika anda semulajadinya buruk. Orang cantik fobia menjadi buruk. Setiap kedutan di wajah akan dirawat dan setiap kedutan begitu menyusahkan dirinya. Saat menjadi buruk pasti tiba, bagaimanakah perasan si cantik meghadapi hari tua mereka? Bukankah rasa susah yang tiada kesudahan?

Kadang-kadang seekor semut diberikan sayap oleh ALLAH supaya dia boleh terbang dan menerjah api. Samalah halnya, kadang-kadang seseorang manusia itu diberikan kecantikan supaya dengan kecantikan itu dia boleh berbuat sebanyak-banyak mungkar untuk diberikan balasan setimpal di Akhirat. Tontonlah filem atau drama-drama di TV. Kisah hidup orang cantik selalunya penuh duri. Jika anda buruk setidak-tidaknya anda bebas rasa riak dan takbur. Penghuni neraka kebanyakkannya wanita sebagaimana disabdakan Rasullah s.a.w wanita itu tentu yang cantik tapi gagal memahami untuk apa kecantikan itu diberikan ALLAH kepadanya. Dan wanita itu tidak terkecuali juga yang buruk sebab dia berterus-terusan saja mempertikaikan kerja TUHAN.

Siapakah wanita penghuni syurga itu, barangkali yang cantik dan dia sentiasa faham kecantikan itu ukuran manusia . Cantik pada pandanagn ALLAH adalah ketaatannya terhadap semua perintah dan laragan ALLAH. Barangkali juga yang buruk tapi dia faham ALLAH tidak memandang rupa paras tapi apa yang ada di dalam hatinya. Wahai orang cantik, orang buruk, orang rendah, orang cacat, semuanya itu hanyalah ukuran manusia dan ukuran manuisa selalunya sasar. Hargai diri anda sebab kewujudan anda mambuktikan kekuasaan ALLAH!!

wassaalam...

BERHIASLAH DENGAN MURU'AH(KEHORMATAN)


Oleh: Al-Fawaid

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah mengatakan: "Di antara adab seorang penuntut ilmu syar'i terhadap dirinya sendiri adalah: "Berhias dengan MURU-AH (kehormatan)."



Hendaklah setiap penuntut ilmu syar'i senantiasa berhias dengan muru-ah dan segala yang bisa membawamu kepada muru-ah dengan selalu:



1. Berakhlak mulia.

2. Berwajah manis saat bertemu seseorang.

3. Menyebarkan salam.

4. Menolong orang lain.

5. Tegas tanpa sombong.

6. Gagah berani tanpa kediktatoran.

7. Bersikap ksatria tanpa harus fanatik golongan.

8. Punya semangat yang menggelora tanpa harus seperti orang-orang jahiliyyah.



Apakah Sifat Muru-ah Itu?



Para fuqaha (ahli fiqih) memberikan definisi dalam pembahasan mereka mengenai masalah persaksian bahwa muru-ah adalah melakukan segala perbuatan yang bisa membuatnya terhormat serta menjauhi segala yang bisa merendahkan martabatnya.



Apakah yang dimaksud dengan akhlak yang mulia?



Akhlak yang mulia adalah manakala seseorang mampu bersikap toleran sekaligus bisa tegas pada saatnya yang tepat.



Juga termasuk akhlak yang mulia adalah bermuka manis saat bertemu seseorang. Dari Abu Dzarr radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku:



"Janganlah engkau meremehkan kebaikan, meskipun cuma sekedar bermuka manis saat bertemu saudaramu." [HR. Muslim (2626)]



Namun, apakah ini berarti saya harus bermuka manis pada setiap orang meskipun pada gembong penjahat? Atau harus lihat situasi dan kondisi?



Jawabnya: "Sesuai situasi dan kondisi."



Saya bermuka manis hanya kepada enam orang, padahal jumlah mereka ada sembilan orang. Apa maknanya? Yakni, saya bermuka manis terhadap dua pertiga dari kelompok tersebut, adapun terhadap sepertiga yang lainnya? Biarkan saja mereka karena keadaan mereka yang mengharuskan untuk disikapi demikian.



Hendaknya engkau selalu bermanis muka, inilah sikap yang paling baik yang bisa membuat orang lain senang kepadamu. Mereka akan berani mengungkapkan sesuatu yang menjadi rahasia mereka kepadamu. Jika engkau senantiasa berwajah CEMBERUT dan bermuka masam, niscaya mereka akan takut dan tidak berani berbicara denganmu.



Namun, JIKA KEADAAN MENGHARUSKANMU untuk TIDAK bermanis muka pada mereka, lakukanlah. Dari sini ketahuilah bahwa sikap bermuka masam tidak selamanya tercela, juga orang yang senantiasa bermuka manis tidak selamanya terpuji.



Perkataan Syaikh selanjutnya: Menyebarkan salam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;



"Kalian tidak akan masuk Surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian amalkan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." [HR. Muslim ((54)]



Apakah itu berarti harus menyampaikannya dan mengucapkannya kepada setiap orang?



Tidak, akan tetapi cuma diucapkan kepada orang-orang yang berhak menerima salam, yaitu orang Muslim walaupun dia ahli maksiat, ataupun pezina, pencuri, pemakan riba, peminum khamr (arak), ataupun dia seorang yang fasik, (maka) ucapkanlah salam kepada mereka. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:



"Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya sesama Muslim lebih dari tiga hari, ketika keduanya bertemu mereka saling memalingkan muka. Dan yang paling baik di antara keduanya adalah YANG LEBIH DULU mengucapkan salam." [HR. Bukhari (5883)]



Namun, jika ada seorang Mukmin yang melakukan suatu hal yang munkar, lebih-lebih kemunkaran yang sangat besar yang bisa menghancurkan masyarakat Islam, saat itu wajib menjauhinya (hajr) KALAU ADA MANFAATNYA.



Pada dasarnya, menyebarkan salam adalah untuk setiap orang Muslim, terkecuali orang yang TERANG-TERANGAN berbuat maksiat. Maka dia didiamkan (hajr), JIKA MEMANG DENGAN MENDIAMKANNYA DIA AKAN MENJADI SADAR.



Adapun terhadap non Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Janganlah memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani." [HR. Muslim (2167)]



Kita diharamkan untuk mendahului salam kepada orang Yahudi maupun Nasrani. Demikian juga terhadap orang kafir lainnya yang lebih jelek dari mereka. Namun, jika mereka yang lebih dulu mengucapkan salam maka kita boleh menjawabnya, berdasarkan firman Allah Ta'ala;



وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا



"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa)." (An-Nisaa': 86)



Jika mereka mengucapkan "assalamu'alaikum", maka dengan tegas kita jawab "wa'alaikumussalam". Karena, itulah makna tekstual firman Allah "maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa)."



Nabi manakala mengajarkan kepada kita untuk menjawab dengan "wa'alaikum", karena orang-orang Yahudi dan Nasrani itu sesungguhnya mengucapkan "as-saamu'alaikum" (kecelakaan bagimu) sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadits dari ABdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya orang-orang Yahudi atau Ahli Kitab itu mengucapkan (as-saamu'alaikum), maka jika mereka mengucapkan salam (tersebut) kepadamu, jawablah dengan wa'alaikum (dan juga bagi kalian." [HR. Bukhari (5902) dan Muslim (2164)]



Ada juga sebagian orang yang tidak mau mengucapkan salam terhadap orang lain yang berbeda manhaj walaupun sebenarnya sat tujuan. Kenyataan yang terjadi sekarang adalah mereka saling berdebat dengan lisan-lisan mereka, saling mencaci dan saling menjauhi.



Sebenarnya, kelompok-kelompok tersebut wajib saling mengucapkan salam, saling menasihati, serta saling MEMBERIKAN PENJELASAN kepada sudaranya seiman tentang kesalahannya sehingga kesalahan itu bisa segera dibenahi, yang dengannya hati kita akan saling bertautan.



Maka hindarilah hal-hal yang dapat merusak kehormatan, baik dalam watak (perangai), perkataan, perbuatan, sikap yang rendah dan jelek lainnya seperti ujub (berbangga diri), riya', sombong, takabbur, meremehkan orang lain, serta mengunjungi tempat-tempat kotor yang penuh syubhat.



Perkataan Syaikh: "Mengunjungi tempat-tempat kotor yang penuh syubhat."



Maksudnya adalah tempat-tempat yang akan membuat orang meragukan dirinya, kehormatan, serta akhlaknya, maka seharusnya DIHINDARI. Semoga Allah merahmati orang yang bisa membuat orang lain tidak menggunjingnya. Amin.



(Dikutip dari buku Syarah Adab & Manfaat Menuntut Ilmu, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Jakarta, dengan diringkas)



Bagi saudaraku fillah yang senang bercanda-ria dengan lawan jenis yang bukan mahram, hendaklah senantiasa mengingat hadits berikut:



"Sesungguhnya sesuatu yang dikenal oleh orang dari ucapan para nabi sejak awal adalah JIKA ENGKAU TIDAK MALU, berbuatlah sesukamu." [HR. Bukhari (6/380). Mukhtashar Syu'abil Iman, Al-Imam Abul Ma'aly al-Qazwiini]



Malu adalah akhlak yang tumbuh untuk meninggalkan hal-hal yang jelek, mencegah dari berlebih-lebihan dari mengambil haknya.



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyempurnakan makna malu ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi secara marfu. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



"Malulah kalian KEPADA ALLAH dengan sebenar-benarnya malu." Mereka berkata, 'Sesungguhnya kami malu, Ya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.' Beliau berkata, 'Bukan demikian, tetapi orang yang benar-benar malu pada Allah adalah orang yang menjaga kepalanya dan apa-apa yang memenuhinya, dan menjaga perutnya dan apa-apa yang memenuhinya, serta mengingat kematian dan hal-hal yang akan binasa. Barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah MENINGGALKAN PERHIASAN DUNIA. Barangsiapa yang melakukan semua ini maka ia TELAH BENAR-BENAR MALU kepada Allah."



Para ulama berbeda pendapat tentang kuat dan lemahnya malu berdasarkan hidup dan matinya hati. Jika hati hidup, maka sempurnalah malunya, begitu pun sebaliknya.



Hadits Salim bin Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma dalam Shahihain, dari bapaknya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya ia mendengar seorang lelaki memberi nasihat kepada saudaranya tentang malu, ia berkata:



"Bersikap malulah kamu, karena sesungguhnya malu itu bagian dari keimanan." [HR. Bukhari (1/69) dan Muslim (36)]



Hadits Imran bin Husain radhiyallahu 'anhu dalam keduanya:



"Sesungguhnya malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan." [HR. Bukhari (10/433), Muslim (37) dan Abu Dawud (4796)]



Adapun ucapan "berbuatlah sesukamu" sebagaimana dalam status di atas, adalah merupakan ANCAMAN, yaitu maksudnya adalah, sesungguhnya orang yang tidak merasa malu maka ia akan berbuat sekehendaknya, sehingga (rasa) malu-lah yang (akan) MENCEGAH seseorang untuk melakukan sebuah perbuatan yang (dapat) menjatuhkan kemuliaan dan harga dirinya.



Allah Ta'ala berfirman:



“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah KESENANGAN YANG MENIPU.” (Al-Hadid: 20)



Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



ألا إن الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالم أو متعلم



"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula apa-apa yang ada di dalamnya. Kecuali dzikir kepada Allah, apa-apa yang mendekatkan diri kepada-Nya, orang yang mengajarkan ilmu, atau orang yang belajar ilmu."



[Hadits shahih; diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (no. 2322), Ibnu Majah (no. 4112), Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman (no. 1708), dan Ibnu Abi ‘Aashim dalam Az-Zuhd (no. 57). Dari jalur ‘Abdurrahman bin Tsaabit, ia berkata: "Aku mendengar ‘Atha’ bin Qurrah berkata: Aku mendengar ‘Abdullah bin Hamzah berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: (lalu ia menyebutkan hadits tersebut)." Syaikh Saliim bin 'Ied Al-Hilaliy berkata: Sanadnya hasan."]



(dikutip dengan sedikit diringkas dari kitab Mukhtashar Syu'abil Iman, karya Al-Imam Abul Ma'aly al-Qazwiini, yang merupakan ringkasan dari kitab Syu'abil Iman, karya Al-Imam Al-Baihaqi)



Catatan Terkait:



BERHIASLAH DENGAN KEINDAHAN ILMU & BUKAN BERHIAS DENGAN BANYAK CANDA

http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=10150266089370175



Semoga bermanfaat....



-Sahabatmu-

SEINDAH CINTA WANITA PERINDU SURGA


Malam baru mulai memasuki sepertiga bagiannya yang terakhir, seorang lelaki termenung di dalam khalwatnya kepada Allah Ta’ala, sebagian hati dan pikirannya berkecamuk, ucapan tahmid tak henti-hentinya terlafadzkan oleh lisannya, tak terasa ada butiran air yang hangat menetes dari matanya, sungguh ini air mata bahagia.

Dipalingkannya wajahnya kesamping dan menatap wajah istrinya yang sedang terlelap tidur, sungguh wajah yang damai dan paras terindah yang pernah ia temui di dalam hidupnya, diperhatikannya dengan seksama dan pandangan kagum terhadap istrinya, ada suatu hal yang seakan menyesakkan dadanya, suatu ungkapan haru yang teramat dalam, dan berusaha ia untuk semampu mungkin menahan linangan air mata bahagia itu, namun lelaki itu tak mampu dan ia memutuskan untuk mengambil air wudhu demi menghadap ke hadapan Rabb-nya.

Di penghujung malam dalam dzikirnya terngiang kembali ucapan tulus dari istrinya yang tak pernah ia duga sebelumnya, “Abi,.... kalau abi ingin menikah lagi ana ridho demi mendapatkan ridho Allah Ta’ala!. Subhanallah, tidak pernah terlintas sama sekali dalam hati lelaki itu untuk ingin menikah lagi, juga tak pernah ia meminta istrinya untuk mau dimadu, selama ini pernikahannya yang telah berjalan delapan tahun dipenuhi keindahan dan barokah dari Allah Ta’ala.

Bagaimana tidak, ia telah menikahi wanita yang sholihah, cantik, terpelihara nasabnya dan telah memberikannya keturunan yang sholihah serta menghiasi pandangan matanya setiap hari di rumahnya. Tak pernah ia merasakan ada yang kurang dalam rumah tangganya walaupun mereka tidak memiliki harta yang melimpah, namun keluarganya adalah salah satu harta terbesar yang ia miliki, cintanya selalu bersemi setiap ia memandang istrinya, karena itulah dia tak ingin membagi keindahan itu, karena ia tidak yakin akan mampu berbuat adil. Di dalam hatinya tidak ada satu wanita pun di dunia ini yang akan mampu menandingi cintanya kepada istrinya...

Hingga datangnya saat itu... kemarin hatinya begitu tersentuh dan terharu demi mendengar ucapan tulus istrinya, “Selama ini engkau telah memberikan kasing sayang yang banyak kepada kami, setiap apa yang aku inginkan, maka engkau berusaha untuk memenuhinya dengan segala kemampuan yang engkau miliki. Betapa aku telah merasakan keindahan yang besar dengan menjadi istrimu, lalu kenapa aku harus berbuat egois untuk menguasai semuanya itu?”

“Allah Ta’ala Maha Pengasih, maka aku ridho karena Allah Ta’ala jika engkau ingin menikah lagi sesuai dengan apa yang telah Allah Ta’ala tetapkan dalam firman-Nya.”

Selama ini pernikahannya memang merupakan keindahan yang berkelanjutan, sehingga ia merasa bahwa rumahnya adalah surganya, ia hanya terdiam demi mendengar perkataan istrinya, lidahnya tercekat dan hatinya bergejolak, ia sangat terharu mengetahui sebuah keikhlasan yang jujur dan tulus tanpa ada paksaan siapapun, didasari kecintaan kepada Allah Ta’ala, keinginan untuk mendapatkan yang terbaik dalam rumah tangganya, dan juga didasari kesadaran yang penuh akan kodratnya sebagai wanita yang sholihah.

Terlintas kembali ucapan istrinya, “Walaupun kelak aku hanya menjadi satu-satunya istri dalam hidupmu, namun jika aku tidak menerima hukum Allah Ta’ala bahwa engkau memiliki hak untuk menikahi wanita selain aku, maka aku telah mengingkari Al-Qur’an dan durhaka kepada Allah Ta’ala, wahai suamiku, seorang laki-laki diciptakan memiliki kelebihan dibanding wanita, maka aku merelakan apa yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk kami kaum wanita, semoga Allah Ta’ala ridho kepadaku.”

“Maka keputusannya ada di tanganmu, bukannya aku tidak mencintaimu, sungguh engkau adalah lelaki terbaik yang pernah aku temui, engkau selalu memenuhi kebutuhanku semampumu, jika engkau marah, hal itu semata karena kesalahanku, tidaklah engkau pernah berbuat dholim kepada kami sitri dan anakmu, jika engkau telah berbuat adil kepada kami, maka kenapa aku harus menahan apa yang menjadi hak yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadamu? Jika aku menahannya maka aku telah menolak keputusan Allah dan tidak adil kepadamu!”

“Wahai suamiku, wanita mana yang tidak memiliki kecemburuan dalam hatinya, wanita mana yang tidak cemburu kepada lelaki sebaik engkau, namun aku ridho kepada apa yang Allah Ta’ala ridho kepadanya, aku akan mengatur kecemburuanku agar berbuah menjadi kebaikan di hadapan Allah Ta’ala dan kemudian menjadi kebaikan di matamu, wahai suamiku, aku tidak memaksamu untuk menikah lagi, namun ketahuilah bahwa aku telah ridho jika engkau ingin menikah lagi.”

Lelaki itu kembali tercenung... tetesan air mata telah mulai mengering, hatinya berbunga-bunga demi mengetahui istrinya telah memahami semua nasihat yang ia berikan selama ini, buah dari ketekunan dalam menuntut ilmu dan meluangkan waktu untuk mendatangi ta’lim di mana diajarkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sama sekali tak pernah ia menyinggung hal itu sebelumnya, namun ucapan istrinya telah menyadarkan hatinya, bahwa ia harus semakin rajin untuk belajar ilmu agama sebaik-baiknya, melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin selalu didampingi oleh istrinya hingga ke akhirnya, hingga ke jannah kelak insya Allah.

Terucap pula oleh lisan istrinya ,”Wahai suamiku, sungguh aku sangat merindukan jannah Allah Ta’ala, dan aku ingin meraihnya bersamamu, aku pun ingin selalu bisa mendampingimu selama yang aku mampu, hingga ke jannah kelak insya Allah, aku selalu ingin berada dalam lembutnya labuhan kasih sayangmu. Wahai suamiku, engkau adalah pemimpinku, maka bimbinglah diri ini untuk selalu berada di atas jalan yang benar yang diridhoi Allah Ta’ala dan sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terpelesetnya dirimu adalah bencana bagiku, maka aku selalu berdo’a kepada Allah Ta’ala agar memberikan kita jalan yang lurus!”

Lisan lelaki itu tercekat, ia berusaha untuk menahan keharuan air matanya dan agar selalu tampak tegar di hadapan istri tercintanya itu, sungguh Allah Ta’ala telah memberikan karunia yang demikian besar dengan menjadikan ia suami dari seorang wanita yang bertaqwa, kembali ia memandang wajah anak-anaknya, hatinya berguman, “Wahai anakku! Sungguh kalian beruntung tumbuh dalam asuhan seorang ibu yang sholihah!”

Malam itu menjelang waktu subuh! Lelaki itu bangkit untuk menunaikan kewajiban sholat subuh, di dalam hatinya ada tekad untuk menjadi suami dan kepala rumah tangga yang terbaik bagi istri dan anak-anaknya, semoga Allah Ta’ala memberikan kemampuan kepadanya, sungguh mengarungi kehidupan dunia yang penuh cobaan ini tidaklah mudah, sebelum berangkat menuju masjid dibelainya kepala istrinya, dalam hati ia berkata,”Wahai istriku, engkau telah memiliki memahami agama ini semakin baik, aku tidak akan mau kalah darimu, aku akan semakin rajin untuk menuntut ilmu agama lebih baik lagi. Engkau telah ridho memberikan aku kesempatan untuk menikah lagi, namun ketahuilah, bahwa aku merasa belum mampu untuk menduakan cintamu, entah kelak! Namun kini satu hal yang aku tahu pasti, bahwa aku telah begitu beruntung memilikimu sebagai istriku. Maafkan aku istriku, aku belum mampu mewujudkan keinginanmu!”

Adzan subuh telah memanggil, saatnya bagi kaum muslimin yang beriman kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir untuk menunaikan sholat subuh dengan berjamaah, wahai para suami, sibakkanlah selimut tebalmu dan bangunlah dari buaian mimpi menuju perintah Rabb-mu, wahai para istri, sertai dan jagalah suami kalian agar senantiasa selalu berada dalam keta’atan kepada Allah Ta’ala. Aku berdo’a agar Allah Ta’ala mempertemukan aku, istriku, anak-anakku beserta keluargaku bersama kalian para kaum muslimin kelak di jannah-Nya, Amiin.

Oleh Andi Abu Najwa

Mengutamakan Menikah dengan Wanita yang Shalihah dan Sebaliknya



posted in Munakahat & Keluarga |

Oleh: Ummu ‘Abdillah Al Wadi’iyyah Hafizhahallahu

Al-Bukhari rahimahullâh berkata (9/132): Musaddad mengabarkan kepada kami, dia berkata: Yahya mengabarkan kepada kami dari dari ‘Ubaidillah, ia berkata: Sa’id bin Abi Sa’id mengabarkan kepadaku dari bapaknya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kemuliaan nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah wanita yang baik agamanya niscaya kamu beruntung.”

Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim (2/1086).

Makna hadits tersebut adalah bahwa dalam memilih wanita sebagai istri, manusia terbagi menjadi empat bagian:

1. Di antara mereka ada yang menyukai wanita yang memiliki agama dan berharta.
2. Ada yang menyukai wanita yang memiliki nasab mulia.
3. Ada yang menyukai wanita berwajah rupawan.
4. Dan yang menyukai wanita yang baik agamanya.

Memilih wanita hanya karena hartanya, jika wanita tersebut tidak berhias dengan ketaqwaan, maka hal ini tidak sepantasnya dilakukan. Karena dengan kondisinya itu, dia menginginkan untuk memiliki kebebasan yang mutlak. Suaminya menjadi budaknya, dan dia akan membanggakan dirinya di hadapan suaminya. Tindak tanduknya menunjukkan hal itu, bahkan terkadang juga ucapannya.

أَيُّهَا المنْكِحُ الثُّرَيَّا سُهَيْلا عَمْرَكَ اللهُ كَيْفَ يَلْتَقِيَانِ
هِيَ شَامِيَّةٌ إِذَا مَا اسْتَهَلَّتْ وَسُهَيْلٌ إِذَا اسْتَهَلَّ يَمَانِي

Wahai orang yang menikahkan (bintang) Tsurayya dengan (bintang) Suhail
Aku ingatkan engkau kepada Allah, bagaimana mungkin keduanya bertemu
Tsurayya adalah bintang negeri Syam jika tampak bercahaya
Sedangkan Suhail jika tampak bercahaya adalah bintang Yaman

Demikianlah juga wanita yang bernasab mulia (terpandang). Jika suaminya tidak setara dengannya dalam hal nasab, dia akan membanggakan dirinya di hadapannya jika tidak berhias dengan ketaqwaan. Setiap saat, wanita itu akan menyebut-nyebut nasabnya yang mulia dan berkata:

وَمَا هِنْدُ إِلا مُهْرَةً عَرَبِيَّةً سُلالَةَ أَفْرَاسٍ تَخَلَّلَهَا بَغْلُ
فَإِنْ وَلَدَتْ فَحْلا فَمِنْ طِيبِ أَصْلِهَا وَإِنْ وَلَدَتْ بَغْلا فَمِنْ ذَلِكَ البَغْلُ

Tiadalah Hindun melainkan anak kuda Arab
Keturunan kuda yang dicampuri baghal (peranakan kuda dengan keledai)
Jika dia melahirkan anak kuda jantan, maka asalnya dari nasab yang baik
Jika dia melahirkan baghal, maka asalnya dari baghal itu

Demikian juga wanita yang berwajah rupawan. Dia akan membanggakan dirinya di hadapan suaminya jika dia tidak berhias dengan ketakqwaan. Dan wanita yang dianjurkan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk dipilih adalah yang memiliki agama yang baik.

Hal ini bukan berarti seorang laki-laki hendaknya berpaling dari wanita yang berharta, rupawan dan bernasab mulia. Namun maksudnya adalah agar dia tidak menjadikan hal-hal tersebut sebagai tolak ukur sehingga lebih mengutamakannya daripada wanita yang memiliki agama yang baik. Adapun seandainya semua hal tersebut terkumpul dengan kebaikan agama, maka yang demikian lebih bagus.

Wanita yang baik agamanya adalah wanita yang bertaqwa. Dia senantiasa melaksanakan perkara-perkara yang telah Allah Subhânahu wa Ta’âlâ wajibkan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ

“Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisaa’: 34)

Dia akan menjaga dirinya dan harta suaminya. Dia tidak akan keluar kecuali dengan izin suaminya, dan mengetahui hak-haknya tanpa melampaui batas.

Sudah dimaklumi, meskipun dia adalah wanita yang baik agamanya, namun pastilah dia tidak akan mampu menyempurnakan tugas-tugasnya. Karena wanita adalah makhluk yang kurang akal dan agamanya. Tetapi hal ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan keshalihannya. Ini perkara yang tidak sepantasnya diabaikan.

Sungguh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah menyebut-nyebut kenikmatan yang Dia anugerahkan kepada Zakaria hamba-Nya, dengan firman-Nya Subhânahu wa Ta’âlâ:

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا َهُ زَوْجَهُ

“Maka Kami mengabulkan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami memperbaiki istrinya.” (Al-Anbiyaa’: 90)

Menurut salah satu penafsiran, yang dimaksudkan adalah dari sisi fisik dan agama.

Sebagian ahli tafsir mengatakan, maksudnya yaitu istrinya dapat melahirkan meskipun sebelumnya mandul. Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullâh menganggap kuat[1] tafsir ini, karena konteks ayat tersebut menunjukkan hal itu.

Demikian juga wanita. Dia harus memilih laki-laki yang shalih. Betapa banyak wanita yang shalihah, akan tetapi tidak memilih laki-laki yang shalih. Dia menikah dengan laki-laki yang hina, lalu laki-laki itu menyeretnya kepada pemikiran dan kehinaannya.

Dan terkadang laki-laki terpengaruh pemikiran istrinya, sebagaimana yang terjadi pada ‘Imran bin Haththan. Dia menikahi anak pamannya dengan tujuan menyelamatkannya dari pemikiran Khawarij. Namun istrinya justru menyeretnya kepada pemikiran itu.

Jika demikian halnya dengan laki-laki, terlebih lagi wanita. Karena wanita pada umumnya lebih cepat berubah dan berpindah dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Kita memohon kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ ketetapan hati kita. Teman dekat itu akan mempengaruhi temannya. Oleh karena itulah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih teman yang baik.

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَوةِ وَالْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)

Sungguh baik orang yang mengatakan:

مَا عَاتَبَ الْمَرْءَ الْكَرِيمَ كَنَفْسِهِ
وَالْمَرْءُ يُصْلِحُهُ الْجَلِيسُ الصَّالِحُ

Seorang yang mulia tidaklah dicela oleh orang yang sepertinya
Dan seseorang akan diperbaiki oleh kawan duduknya yang baik

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Musa radhiyallâhu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيْس السَّوْءِ؛ كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ؛ فَحَامِلُ المِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ؛ وَنَافِخُ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ؛ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْتِنَة

“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek itu seperti penjual minyak wangi dengan tukang besi yang meniup alat peniup api. Penjual minyak wangi akan memberikan minyak wangi kepadamu atau engkau akan membelinya. Sedangkan tukang besi akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang busuk darinya.”

Ketika Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada pamannya Abu Thalib menjelang kematiannya:

يَا عَمِّ! قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ

“Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallaah, sebuah kalimat yang aku akan berhujjah untukmu dengannya di sisi Allah.”

Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah mengatakan: “Apakah kamu membenci agama ‘Abdul Muththalib?” Abu Thalib pun mengatakan bahwa dia di atas agama ‘Abdul Muththalib. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Al-Musayyib bin Huzun radhiyallâhu ‘anhu.

Dari sini (diambil pelajaran) bahwa teman-teman duduk yang jelek itulah yang menghalangi Abu Thalib dari Islam.

Dan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam Sunan Abi Dawud (no. 4833) dari hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu sesuai agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa temannya.”

Seorang penya’ir berkata:

عَنِ المَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِينِهِ
فَكُلُّ قَرِينٍ بِالمُقَارَنِ يَقْتَدِي

Janganlah kau bertanya tentang seseorang, tapi tanyakanlah siapa temannya
Karena setiap teman akan mencontoh teman-temannya

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman tentang keadaan penduduk Jannah:

فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ* قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّى كَانَ لِى قَرِينٌ* يَقُولُ أَءِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدَّقِينَ* أَءِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَءِنَّا لَمَدِينُونَ* قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ* فَاطَّلَعَ فَرَءَاهُ فِى سَوَاءِ الْجَحِيمِ

“Lalu sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain sambil bercakap-cakap, berkatalah salah seorang di antara mereka: ‘Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman yang berkata: ‘Apakah engkau sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?’ Orang tersebut juga berkata: ‘Maukah kalian meninjau (temanku itu)?’ Maka dia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu berada di tengah neraka yang menyala-nyala.’” (Ash-Shaaffaat: 50-55)

Allah Subhânahu wa Ta’âlâ juga berfirman:

وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَاءَ فَزَيَّنُوا لَهُمْ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَولُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ

“Dan kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. Dan tetaplah atas mereka keputusan adzab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.” (Fushshilat: 25)

Wanita yang baik agamanya akan mencintai lelaki yang baik agamanya pula. Dan wanita yang sebaliknya akan mencintai lelaki yang sebaliknya pula. Sebagaimana sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam:

الأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَا مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Ruh-ruh itu seperti tentara yang berhimpun yang saling berhadapan. Apabila mereka saling mengenal (sifatnya, kecenderungannya dan sama-sama sifatnya) maka akan saling bersatu, dan apabila saling berbeda maka akan tercerai-berai.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3336 secara mu’allaq dari ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anha.

Al-Imam An-Nawawi mengatakan dalam Syarah Muslim (16/pada hadits no. 2638): “Para ulama mengatakan, maknanya mereka adalah sekelompok manusia yang berkumpul atau manusia yang bermacam-macam lagi berbeda-beda. Ruh-ruh itu saling mengenal karena suatu perkara yang Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menciptakan ruh-ruh itu di atasnya. Ada yang mengatakan, karena mereka dijadikan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ di atas sifat-sifat yang saling mencocoki dan tabiat yang saling bersesuaian. Ada yang mengatakan, karena mereka diciptakan secara bersama kemudian jasad mereka saling berpisah, sehingga yang mencocoki tabiat yang lain, dia akan bersatu dengannya. Dan yang saling berjauhan[2] tabiatnya maka dia akan lari dan menyelisihinya. Al-Khaththabi dan lainnya berkata bahwa persatuan mereka adalah kebahagiaan atau kesengsaraan ketika Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menciptakan mereka pada awalnya. Dan ruh-ruh itu terbagi menjadi dua kelompok yang saling berlawanan, jika jasad-jasad itu saling bertemu di dunia maka mereka akan bersatu atau berselisih sesuai yang mereka diciptakan di atasnya. Sehingga orang yang baik cenderung kepada orang yang baik, dan orang yang jahat juga cenderung kepada orang yang jahat. Wallahu a’lam.

Dan di dalam suatu permisalan:

وكل من شكله يرغب

Setiap orang yang memiliki persamaan bentuk dengan orang lain, maka dia akan mencintainya

Dalam permisalan yang lain:

إن الطيور على أشكالها تقع
فكل يرغب في مثله

Sesungguhnya burung-burung itu akan bertengger bersama burung yang sama bentuknya
Sehingga setiap orang akan mencintai yang semisal dengannya

Hadits lain yang menganjurkan menikah dengan wanita yang shalihah adalah sbb.:

Al-Imam Muslim rahimahullâh berkata:

Muhammad bin ‘Abdillah bin Numair Al-Hamdani mengabarkan kepadaku, dia berkata: ‘Abdullah bin Yazid mengabarkan kepada kami, dia berkata: Haiwah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Syarahbil bin Syarik mengabarkan kepadaku bahwa dia mendengar Abu ‘Abdirrahman Al-Hubli menyampaikan hadits dari ‘Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.”

Dalam hadits ini terdapat keutamaan yang jelas bagi seorang wanita yang shalihah, dengan Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam menjadikannya sebagai sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Dan Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam mengategorikan wanita shalihah sebagai kebahagiaan.

Ibnu Hibban meriwayatkan sebagaimana dalam Al-Ihsan (9/340) dari Sa’d bin Abu Waqqash radhiyallâhu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَاةُ، وَالْمَسْكَنُ الوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاءِ: الْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ

“Empat perkara yang merupakan kebahagian: seorang wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan: seorang wanita yang jelek (agamanya), tetangga yang jelek, tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Hakim)

Karena itu, seorang wanita hendaklah punya keinginan besar untuk menjadi wanita yang shalihah dan mempelajari sifat-sifatnya, sehingga dia menjadi bagian dari mereka.Ungkapan ringkas tentang wanita shalihah adalah wanita yang berpegang teguh dengan kitab Rabbnya dan Sunnah Nabi-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam di atas pemahaman Salafush Shalih.

Sebagaimana firman Rabb kita Yang Maha Agung di atas keagungan-Nya:

وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ وَأَقَامُوا الصَّلَوةَ إِنَّا لاَ نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ

“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (Al-A’raaf: 170)

Hanya kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ kita mengeluh tentang orang-orang yang memiliki sifat keserakahan. Terkadang seorang laki-laki yang mengikuti sunnah lagi bertaqwa datang kepada seorang anak perempuan, namun dia ditolak karena dia tidak memiliki ijazah.

Ada seorang ayah yang menangisi anak perempuannya yang bersikeras menikah dengan lelaki Sunni yang melamarnya. Sang ayah berkata kepadanya: “Aku menginginkan kebaikan dirimu.” Ini merupakan suatu kebodohan yang membinasakannya, ketamakan yang menjadikannya melampaui batas, dan kezhaliman-kezhaliman yang sebagiannya di atas yang lain.

Benarlah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika bersabda:

إِنَّ أَحْسَابَ أَهْلِ الدُّنْيَا الذي يَذْهَبُ إِلَيهِ الْمَالُ

“Sesungguhnya kemuliaan yang dicenderungi oleh ahli dunia (di dalam pernikahan atau yang lainnya, pent) adalah harta.”[3]

Hadits tersebut diriwayatkan oleh An-Nasa’i dari Buraidah bin Al-Hushaib, dan dishahihkan oleh Ayahanda rahimahullâh dalam Ash-Shahihul Musnad.

Betapa banyak orang yang memiliki memiliki ijazah, namun dia tidak mendapatkan faedah darinya sedikitpun karena birokrasi pemerintah. Betapa banyak orang yang melakukan keharaman dan terjatuh dalam kemaksiatan karena ijazahnya, karena sekolah (yang mengeluarkan ijazah) adalah sekolah yang bersifat ikhtilath (siswa dan siswinya bercampur baur tanpa hijab). Dan terkadang sekolah tidak memberikan toleransi terhadap pakaian syar’i ketika siswi tersebut ke sekolah. Siswa laki-laki diwajibkan mencukur jenggotnya, memakai celana pantalon yang terhitung sebagai tasyabbuh dengan orang-orang kafir, dan lain-lain. Ada sebuah kaset rekaman Ayahanda rahimahullâh berjudul Tahdziru Ad-Daris min Fitnatil Madaris (Peringatan bagi Pelajar tentang Fitnah Sekolah, pent).

Sesungguhnya kemaksiatan itu membahayakan individu dan masyarakat. Berbagai kejadian di alam ini seperti fitnah, kerusakan, kekeringan, dan berkuasanya para musuh, serta kehinaan, adalah disebabkan kemaksiatan.

Allah berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum: 41)

Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apapun yang menimpa kalian, maka adalah disebabkan perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syuuraa: 30)

Disebabkan satu kemaksiatan saja, kedua orang tua para manusia -yakni Adam dan Hawa- dikeluarkan dari Surga, sebagaimana yang Allah Subhânahu wa Ta’âlâ sebutkan dalam kitab-Nya yang mulia.

Oleh karena itu, bertaubat dan kembali kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ harus dilakukan segera, dan tidak boleh menundanya walaupun sekejap mata.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (At-Tahriim: 8)

Footnote:

1 Disebutkan dalam kitab Nashihati lin Nisa’ dengan lafazh istazhraha, dan zhahirnya yang tepat adalah istazhharhu. Lihat dalam Tafsir Ibnu Katsir. (-pent)

2 Disebutkan dalam kitab Nashihati lin Nisa’ dengan lafazh ba’ahu (menjualnya). Sedangkan dalam kitab aslinya yaitu Syarah Shahih Muslim karya An-Nawawi disebutkan dengan lafazh ba’adaahu (saling menjauh). Selain itu juga ada kata yang hilang dalam penukilan di kitab ini. Lihat Syarah Shahih Muslim karya An-Nawawi pada Kitab Al-Birr was Shilah, bab Al-Arwah Junudun Mujannadah.

3 Yang tercantum dalam kitab Nashihati lin Nisa’ dengan lafazh al-ladziina. Namun zhahirnya, yang tepat adalah al-ladzii dengan bentuk tunggal, bukan jamak. Karena sesuai dengan zhahir konteks kalimatnya. Hal ini juga yang disebut dalam Sunan An-Nasa’i dan lainnya. (-pent.)

(Sumber: نصيحتي للنساء (Nasehatku Untuk Kaum Wanita) karya Ummu ‘Abdillah Al-Wadi’iyyah, hal. 277-285, penerjemah: Al-Ustadz Muhaimin, penerbit: Pustaka Ar-Rayyan Solo, untuk http://akhwat.web.id dengan tambahan teks Arab dari penerbit Darul Atsar Yaman)

Senin, 30 Agustus 2010

AIR MATA KEINSAFAN



Kenapakah begitu susah untuk aku mengubah diri ini agar menjadi insan berguna pada mata Illahi?
Kenapa begitu sukar diri ini untuk menerima segala kebenaran yang diajarkan padaku?
Begitu hitamkah hati ku ini?
Begitu menggunungkah dosa diri ini?
Layakkah aku untuk meminta ampunanMu ya Allah?
Masih adakah ruang untuk hidayahMu bertapak dalam ruangan hati hitam ini ya Allah?


Kenapa begitu susah diri ini untuk mengalirkan air mata apabila disebut nama yang Maha Esa...?
Kenapa begitu berat air mata ini untuk mengalir mendengar nama Rasulullah s.a.w.?
Kenapa begitu jauh diri ini jika dibanding dengan para pejuang Islam yg lain?
Aku jua muslim yang sama-sama ingin melihat kebangkitan Islam...
Aku jua muslim yang bersama-sama melawan arus jahiliyah...
Tapi diri ini tetap ku rasakan masih sungguh jauh untuk menghampiri gerbang syurgaMu ya Allah...
Tapi aku tidak sanggup dengan siksaan api nerakaMu...


Ya Allah.....
Hinanya diri ku ini ya Allah...
Kotornya diri ku ini ya Allah...
Jijiknya diri ku ini ya Allah...
Berilah hidayah padaku ya Allah...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat...
Pimpinlah aku dalam setiap detik perbuatanku...
Aku tidak sanggup jika Kau berpaling dari memandang diri ini...
Tidak sanggup ya Allah...
Segala-galanya aku berserah pada Mu...
Aku tidak dapat membayangkan diriku tanpa pimpinanMu ya Allah...
Aku tidak sanggup menjadi sehina-hina manusia pada pandanganMu...
Astaghfirullahal'azim...
Ampunilah aku dalam setiap kejahilan dan kelekaanku...
Hanya pada Engkau aku bergantung dan mengharap segala-galanya...


Air mata membasahi pipi...


Adakah ini air mata keinsafan???
Ini adalah air mata kehinaan yang melanda diri ini...
Diri ini sedih dengan apa yg telah hambaMu ini lakukan...
Aku ingin meminta sesuatu dari Mu...
Tapi aku sungguh malu padaMu ya Allah...


Aku teringat perjuangan Hassan Al-Banna...
Aku sangat mengagumi perjuangan beliau...
Aku mengagumi perjuangan Syed Qutub...
Tapi ya Allah... aku malu ya Allah untuk menyatakannya...
Masih layakkah diri ini menyebut nama Hassan Al-Banna? Nama Syed Qutub?
Masih tersisakah pejuang sepertinya untuk diri ini...
Malunya aku ya Allah dengan permintaan ini...
Aku tidak layak memikirkan tentangnya...


Wanita seperti manakah yang Kau pilihkan untuk mereka...?
Wanita yang bagaimanakah yang telah Kau pilih untuk melahirkan mereka?
Semestinya seperti Zainab Al-Ghazali dan mereka yang seangkatan dengan beliau...
Aku ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka.
Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah.
Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita.
Aku ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid seperti Hassan Al-Banna.
Masih tersisakah mujahid seperti Al-Banna untukku ya Allah...?
Layakkah diri ini untuk menjadi peniup semangatnya?
Aku sungguh malu menyatakannya ya Allah...
Sungguh hina diri ini... sungguh kotor diri ini...
Sungguh lemah diri ini untuk mujahid seperti mereka...


Air mata ini jika dialirkan hingga titisan terakhir,
Namun ia masih tidak mencukupi untuk menyatakan rasa bersalah dengan dosa-dosa diri ini yang menggunung tinggi...


Ya Allah...
Pimpinlah daku...
Janganlah Kau tinggalkan aku walau sesaat cuma
Aku tidak sanggup dibiarkan dlm lumpur dosa2 hina...
Ampunilah aku ya Allah...
Astaghfirullaha'lazim...
Astaghfirullahal'azim...
Astaghfirullahal'azim...

Minggu, 29 Agustus 2010

MENJADI PEREMPUAN PILIHAN


Berbahagialah engkau duhai para perempuan. Kalian tercipta begitu rupa, indah melebihi segala pemandangan yang ada. Ini adalah anugerah Tuhan yang harus kalian jaga, biarkan yang berhak saja yang kan tenggelam dalam berjuta pesonanya.



Duhai para perempuan. Kau adalah perhiasan terindah dunia, perhiasan dengan pemaknaan yang berbeda. Berhati-hatilah dari kesalahan persepsi yang ada. Karena bisa jadi, kalian dianggap sama selayaknya emas dan permata. Dijual, dibeli dan dipamerkan di depan berjuta pasang mata.



Duhai para perempuan. Setiap inci tubuhmu mengandung pesona. Jangan biarkan kau hamburkan di pasaran. Lalu setiap tatapan bermanja, banyak tangan menjamahnya, dan bahkan banyak bibir menciuminya. Karena yang kan tersisa, adalah keterpurukan bermahkotakan luka.



Duhai para perempuan. Jangan biarkan umpan rahwana melenakanmu. Tetaplah waspada akan tipu daya. Jangan biarkan mekar segarmu segera layu, pada musim yang tak semestinya. Ada cinta di sana yang kan menjagamu. Dan kau harus sampai padanya dengan tepat waktu. Biarkan Tuhan memapahmu, seiring ikhtiar dan keyakinanmu.



Duhai para perempuan. Untukmu yang baik lelaki baik. Percayalah itu. Maka jaga dirimu, jaga hatimu. Pasrahkan dirimu kelak pada mata yang tertunduk saat dia belum berhak. Pasrahkan pada tangan yang berusaha tak meraba sebelum waktunya. Pasrahkan pada lelaki yang bisa menjagamu, menjaga kehormatanmu dan mampu membawamu ke surga.



Duhai para perempuan. Aku sampaikan ini dengan tulus, sebagai bukti penyesalanku akan tindakan salahku di masa lalu. Karena kutahu sebenarnya, banyak dari kalian yang teramat rapuh dan mudah terayu, oleh para pemain cinta.



Ini karena, masih banyak generasi harapan yang kan lahir dari rahim kalian duhai para perempuan. Dan biarkan generasi itu jauh lebih baik dari kita. Maka, tetaplah menjadi perempuan tangguh, perempuan tanpa keluh meski bermandi peluh. Perempuan yang tak mudah luluh oleh rayuan hati-hati yang keruh.

BIDADARI DUNIA AKHIRAT


Bismillaahirrahmaanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Keindahan surga tergambar pada QS Ali’Imran 14 : Dijadikan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini (syahwat) dari wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan, Allah, disisiNyalah sebaik-baik tempat kembali.



Wanita-wanita surga disebut sebagai bidadari. Yang terbagi dari dua yaitu bidadari yang Allah SWT ciptakan langsung sebagai bidadari (sudah ditempatkan di surga) dan wanita-wanita mukmin yang ada di bumi (yang kelak bila masuk surga menjadi bidadari).


Dalam buku Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata:


"Bidadari-bidadari itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat dan menentramkan hati setiap pemiliknya. Rupanya cantik jelita, kulitnya mulus. Ia memiliki akhlak yang paling baik, perawan, kaya akan cinta dan umurnya sebaya."


QS. Ar-Rahman 16 :

Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukan pandangannya. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka. Tidak pula oleh jin.



Lalu, siapakah orang yang akan sangat beruntung mendapatkannya? Siapa lagi kalau bukan orang-orang yang syahid karena berjihad di jalan Allah, orang-orang yang tulus dan ikhlas membela agama Allah.



QS. Ali’Imran 15 :

Katakanlah hai Muhammad : ‘Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu? Untuk orang-orang bertaqwa disisinya Rabbnya ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan istri-istri yang suci serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya’.



QS. Ad-Dukhan 51-54 :

Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada di tempat yang aman. Di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera halus dan sutera tebal (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah dan Kami jodohkan mereka kepada bidadari-bidadari bermata jeli.


Seiring dengan datangnya Islam ke bumi sebagai Rahmatan lil’alamiin, turun juga bidadari-bidadari, dia berwujud manusia yang berhati lembut, menyenangkan dan menyejukkan bila dipandang mata serta menentramkan hati setiap pemiliknya. Dialah wanita sholehah yang menjaga kesucian dirinya.


Allah telah menetapkan beberapa wanita mulia sebagai penghuni surga & penghulu (pemimpin) para bidadari, mereka adalah:


* Asiyah

Sebagai istri Firaun (raja yang sangat zalim), ia mampu mempertahankan aqidah yang dibawa oleh Nabi Musa AS, ia tidak tergiur dengan harta, kemewahan, tahta & kekuasaan. Do’a yang selalu ia panjatkan :

" Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (QS At-Tahriim 11)


Ia juga teguh memegang keyakinannya pada Allah semata walapun Fir’aun tak hentinya menyiksa. Sesaat sebelum syahid menjemput, ia tersenyum melihat malaikat-malaikat langit turun mendatanginya dan mengajaknya menuju rumah di sisi Rabbnya di surga.


* Maryam

Lahir dari keluarga pemuka agama Bani Israil, Maryam yang oleh orangtuanya diharapkan lahir laki-laki telah dinazarkan untuk diserahkan kepada Baitul Maqdis dan berkhidmat kepada agama Allah. Hidupnya dijalani dengan penghambaan yang utuh kepada Allah SWT. Ia tak pernah menyesali sesuatu yang tidak pernah dimiliki dan menerima dengan lapang hati taqdir Illahi.


* Khadijah

Wanita mulia yang penuh keikhlasan dalam mendermakan seluruh kekayaanya untuk dakwah Rasulullah SAW, demi tegaknya Islam. Begitu tinggi kedudukan beliau di sisi-Nya sampai-sampai sudah disiapkan untuknya sebuah istana dari permata nan sejuk & damai di surga.

‘...Ia beriman padaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan harta mereka....’ (HR Ahmad)

* Fatimah

Fatimah yang tumbuh dan berkembang dalam binaan langsung dari ayahanda Rasul yang baik, lemah lembut dan terpuji menjadikannya seorang gadis yang juga penuh kelembutan, berwibawa, mencintai kebaikan plus akhlak terpuji meneladani sang ayah. Rasulullah SAW pun menisbatkannya sebagai wanita penghulu surga.



Setiap wanita berpeluang menjadi bidadari baik di dunia terutama di akhirat kelak, ASALKAN :


* Ia adalah wanita yang paling taat kepada Allah. Ia senantiasa menyerahkan segala urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah.


* Ia menjadikan Al-Quran dan Al-Hadis sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.


* Ibadahnya baik dan memiliki akhlak serta budi pekerti yang mulia. Tidak hobi berdusta, bergunjing dan riya.


* Berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Ia senantiasa mendoakan orang tuanya, menghormati mereka, menjaga dan melindungi keduanya.


* Ia taat kepada suaminya. Menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami. Jika dilihat menyenangakan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada didekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya pergi. Ia melayani suaminya dengan baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotifasi suaminya untuk berjuang membela agama Allah.


* Ia tidak bermewah-mewah dengan dunia, tawadhu, bersikap sederhana. Kesabarannya luar biasa atas janji-janji Allah, ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya.


* Ia bermanfaat dilingkungannya. Pengabdianya kepada masyarakat dan agama sangat besar. Ia menyeru manusia kepada Allah dengan kedua tangan dan lisannya yang lembut, hatinya yang bersih, akalnya yang cerdas dan dengan hartanya. "Dan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah". (HR Muslim)


Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholehah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini.


Ya Allah jadikanlah kami, ibu kami, kakak dan adik kami serta perempuan-perempuan di sekeliling kami menjadi bidadari di dunia dan akhirat, amiin..


Barakallahufikum..semoga bermanfaat

Wassalam

Sabtu, 28 Agustus 2010

MUTIARA atau BUNGA



Perhiasan Dunia-Akhirat

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh...
Apa kabar Habibillah rohimakumullah... bagaimana suasana Hati dan Iman hari ini...
Semoga Allah senantiasa Memberkahi dan Merahmati kita dan membantu kita untuk bisa selalu Istiqomah di jalan-NYA ini, Insya Allah...
Insya Allah Allahuma Amiin


note http://www.facebook.com/note.php?saved&¬e_id=455091024602


╔♫═╗╔╗ _♥ ♥ ♥ ♥_
╚╗╔╝║║♫═╦╦╦╔╗
╔╝╚╗♫╚╣║║║║╔╣
╚═♫╝╚═╩═╩♫╩═╝


Tajuk yang indah ini menarik perhatian saya ketika saya membaca satu soalan yang ditujukan kepada para gadis: "Adakah anda bunga atau mutiara?" Bunga cantik, begitu juga dengan permata. Mana satukah yang anda pilih? Ya, bunga baunya wangi, warnanya cantik, menggoda dan menarik, manakala permata tinggi harganya dan cantik juga.

Tetapi, bunga umurnya pendek. Cepat layu jika dipanah terik matahari atau diganggu oleh tangan manusia atau binatang. Mungkin ada orang memetiknya, lalu ia akan layu dengan cepat. Umur bunga sangat pendek.

Sedangkan permata akan kekal kelihatan cantik selama-lamanya jika ia terus berada di dalam cenkerangnya. Ia tidak bersinar melainkan kepada yang berhak dan layak.

Kedua-duanya cantik tetapi kecantikan mutiara berkekalan sementara kecantikan bunga hanya sementara. Demikian juga dengan para gadis. Gadis yang tidak menutup aurat cantik tetapi ia sama seperti bunga. Manakala gadis yang menutup aurat dengan sempurna adalah mutiara yang amat cantik. Pasti terdapat perbezaan antara kedua-duanya.

Oleh itu wahai saudariku! Wahai orang-orang yang merindui syurga dan merindui para pemuda di dalamnya yang kekal abadi serta kenikmatan yang berpanjangan! Ketahuilah syurga Allah mahal harganya! Ketahuilah syurga Allah mahal harganya!

Setiap gadis yang beriman bahawa Allah sebagai tuhannya, Muhammad saw sebagai nabinya dan Islam sebagai agamanya hendaklah memerhatikan firman Allah swt (surah Ali 'Imran ayat 102):

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam."


Kembalilah!

Islam bererti menyerah, menerima serta tunduk kepada segala perintah Allah dengan penuh kerelaan dan reda.

Apakah yang Allah swt perintahkan kepada anda wahai muslimah?! Dia memerintahkan anda supaya menutup aurat. FirmanNya (surah al-Nur ayat 31)

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ


"...dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju dengan tudung kepala mereka..."


FirmanNya lagi (surah al-Ahzab ayat 36)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ


"Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara, (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka."

Jika benar anda muslimah, ini bererti anda menyerah, menerima dan tunduk kepada perintah Allah. Jika anda menyerah, menerima dan tunduk kepada perintah Allah, kenapa anda tidak menutup aurat anda?

Aku memohon bantuanMu, wahai Tuhan!

Daripada sekeping hati yang cintakan kebaikan bagi anda dan bercita-cita agar anda mengecapi kemanisan iman... daripada sekeping hati yang bimbang anda akan berjauhan daripada Allah... yang bimbang hati anda menjadi gelap... yang bimbang keburukan-keburukan yang akan mencacatkan lembaran amalan anda hasil daripada pandangan nakal para pemuda dan pemudi yang menjadikan anda sebagai ikutan kerana tidak menutup aurat, meskipun hati anda dipenuhi dengan segala kebaikan... meskipun segala kebaikan yang anda lakukan, daripada kepingan hatiku ini, saya mengharapkan kebaikan untuk anda. Kuatkan semangat dan bermulalah dari sekarang! Ucapkanlah "aku memohon bantuanMu, wahai Tuhanku! Bantulah daku menghadapi diriku sendiri dan godaan-godaan dunia... Aku bertawakkal kepadaMu, wahai Tuhanku. Engkaulah segala-galanya bagiku... Tiada Tuhan bagiku selainMu. Maka perelokkanlah seluruh hal ehwalku."

Renungan

Sekarang saya tujukan perkataan ini pula kepada setiap wanita yang telah memakai tudung. Ia adalah seruan agar setiap wanita yang telah memakai tudung agar mereka berdiri di hadapan cermin dan bertanya kepada dirinya sendiri, "Adakah tudung saya ini bersesuaian dengan kehendak Allah? Adakah akhlak saya bertepatan dengan kehendak Allah." Sesetengah wanita yang telah memakai tudung menyangka dengan meletakkan secebis kain di atas kepalanya itulah segala-galanya, sedangkan dia memakai pakaian yang sempit dan jarang serta tidak menjaga akhlak dan adab Islam. Pernah terjadi seorang ibu mengadu kepada saya melalui panggilan telefon tentang seorang anak perempuannya yang memakai tudung, tetapi menanggalkannya ketika berada di tepi pantai, tidak sembahyang dan tidak melayan ibunya sebagaimana selayaknya sebagai seorang ibu.

Maka ketahuilah wahai wanita yang telah memakai tudung bahawa tudung anda bukanlah segala-galanya. Jika benar anda memakainya kerana mahu mendapat keredaan dan kecintaan Allah serta kerana mentaatiNya semata-mata, maka sekali lagi ketahuilah bahawa tudung adalah pakaian Islam yang mempunyai beberapa syarat. Tudung juga adalah akhlak dan adab serta membantu anda untuk melakukan ibadat-ibadat yang lain.

Katakan tidak!

Saya menyeru kepada anda wahai muslimah untuk berkata tidak kepada:


1. Pakaian yang sempit dan jarang.
2. Pakaian yang mendedah aurat di tepi pantai, di majlis-majlis keramaian dan di mana-mana sahaja.
3. Wangi-wangian dan solekan.
4. Seluar sendat yang menyakitkan mata dan hati setiap orang yang cemburukan agamanya kerana melihat para gadis memakainya dengan begitu bersahaja tanpa menyedari kesannya terhadap para pemuda.

Saya menyeru anda wahai muslimah untuk memerhatikan diri anda di dalam cermin sebelum anda keluar rumah. Perhatikan dari depan dan belakang... Adakah pakaian anda bertepatan dengan kehendak Allah?


Bagaimana sepatutnya pakaian anda?

1. Hendaklah menutup seluruh badan kecuali muka dan tangan.
2. Tidak jarang. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud, "Akan ada di kalangan umatku nanti wanita yang berpakaian tetapi bertelanjang. Kepala mereka seperti bonggol-bonggol unta. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan memperoleh baunya."
3. Tidak sempit. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud, "Malu dan iman adalah beriringan."
4. Tidak disapu dengan bau-bauan.5. Pakaian itu sendiri bukan perhiasan. Firman Allah swt (surah al-Nur ayat 31), "... dan janganlah mereka (wanita-wanita yang beriman) memperlihatkan perhiasan mereka..."

Anda di dalam syurga

Wahai muslimah! Wahai mukminah! Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: "Sesiapa yang meninggalkan sesuatu kerana Allah, nescaya Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik." Wahai wanita yang tidak memperlihatkan perhiasannya kerana Allah sedang dia difitrahkan suka kepada perhiasan, dengarlah sabda Rasulullah saw berkenaan sifat wanita-wanita dunia di dalam syurga kelak. Sabda baginda saw yang bermaksud: "Dengan sembahyang, puasa dan ibadat mereka kepada Allah swt, Allah menghamparkan cahaya di atas muka mereka dan memakaikan sutera berwarna putih, pakaian berwarna hijau dan perhiasan berwarna kuning di atas badan mereka. Dapur mereka adalah mutiara dan sikat mereka adalah emas. Mereka berkata: "Kami kekal abadi dan tidak akan mati. Kami penuh kelembutan, sama sekali tidak menyusahkan. Kami akan terus muda, tidak tua selama-lamanya. Ketahuilah bahawa kami sentiasa reda, tidak marah sama sekali. Bergembiralah bagi sesiapa yang memiliki kami dan kami memiliki mereka." (Riwayat al-Tirmizi)



Semoga apa yang kita peroleh mendapat Keberkahan dan Rahmat dari Allah.. amiin...



================
Dipersilahkan bagi yang ingin share or copas or tag
semuanya milik bersama dan semoga bisa bermanfaat

✿ Prinsip ABC ✿

✩ A mbil yang baik
✩ B uang yang buruk
✩ C iptakan yang baru



Salam Da'wah wa Salam Ukhuwah
Keep Istiqomah wa HAMASAH

^_senyum_^

Rabu, 04 Agustus 2010

Sifat-sifat Wanita Yang Ideal Untuk Dinikahi

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

Pernikahan ditujukan untuk bisa mengambil kenikmatan (satu sama lainnya) dan untuk membina rumah tangga yang shalihah serta masyarakat yang baik, sebagaimana yang telah kami katakan di muka. Oleh karena itu maka wanita yang ideal untuk dinikahi ialah wanita yang diharapkan nantinya dapat mewujudkan kedua tujuan tersebut dengan sempurna yaitu wanita yang disifati dengan kecantikan paras secara fisik dan maknawi.

Maka wanita yang cantik parasnya adalah wanita yang sempurna fisiknya, karena seorang wanita itu jika dia cantik saat dipandang, lembut tutur katanya, maka matapun manjadi sejuk untuk memandanginya dan telingapun tenteram mendengarkan tutur katanya, sehingga hatipun terbuka untuknya dan dada menjadi lapang menerimanya serta jiwapun tenteram bersamanya dan terwujudlah apa yang difirmankan Allah Subhaanahu wa Ta’ala :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum : 21)

Kecantikan maknawi yaitu kesempurnaan agama dan akhlak, sehingga manakala wanita tersebut adalah wanita yang taat beragama dan berakhlak mulia maka dia menjadi lebih dicintai oleh setiap jiwa dan lebih selamat akibatnya. Maka wanita yang beragama, dia akan taat menjalani perintah Allah, senantiasa menjaga hak-hak suami, rumah tangga serta anak-anak dan harta suaminya. Senantiasa membantu suami untuk menunaikan ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala di kala suami ingat kepadaNya. Jika suami malas maka dia yang menyemangatinya, jika suami marah maka dia yang membuatnya ridha. Sedangkan wantia yang berakhlak adalah wanita yang memberikan belaian kasihnya kepada suami dan menghormatinya. Selalu menyegerakan apa yang disukai suami dan tidak menunda-nunda sesuatu yang disuka suami. Dan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang wanita yang bagaimanakah yang baik? Maka beliau menjawab :
“Yaitu wanita yang menyenangkan suami jika dipandang dan mentaati suami jika diperintah dan tidak mengkhianati suami pada dirinya sendiri dan tidak mengkhianati hartanya dengan sesuatu yang ia benci”. (HR. Ahmad dan Nasaai)

Dan beliau Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penuh kasih lagi subur karena sesungguhnya aku merasa bangga dengan banyaknya kalian dihadapan para nabi, atau beliau menyatakan: dihadapan segenap umat” (HR. Abu Daud dan An Nasaai)

Maka apabila memungkinkan untuk mendapatkan wanita yang memenuhi kriteria wanita yang cantik parasnya dan cantik batinnya maka ini adalah kesempurnaan dan kebahagiaan dengan taufik dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Sumber : Maka.., Menikahlah, Penulis : Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, Penerbit : Ittibaus Salaf Press.

dari: http://menikahsunnah.wordpress.com

WANITA SHALEHAH

oleh:Muadz Rusly

Wajah bening bercahaya
Merona bersinar dalam fitrah
Mulia akhlak dan pribadinya
Menambah ceria paras nan indah

Berbalut kemuliaan dan kesantunan
Tertutup kain kesahajaan
Dengan izzah dan kesederhanaan
Semua indah penuh keharmonian

Lidah basah dalam zikir
Menghias hari dengan berfikir
Bila bahagia dihiasi dengan syukur
Suka dan duka dilawan dengan sabar

Tiada keluh kesah terucapkan
Selalu semangat ditebarkan
Tiada lelah gelisah dirasakan
Dalam kerja menggapai keridhoan

Wanita sholehah pujaan
Dirimu selalu dinantikan
Menjaga kehormatan
Meraih kemuliaan

Tutur kata membawa kesan
Tertunduk malu tatapan
Hikmah selalu terucapkan
Dari lisan penuh kesantunan

Hidupmu adalah persinggahan
Cinta kasihmu adalah penghormatan
Muliamu karena iman
Citamu menggapai keagungan

Tiada cukup kata tertuliskan
Menggambarkan akhlak indah dan berkesan
Tercermin darimu hanyalah kemuliaan
Pribadi agung yang didambakan

Senin, 02 Agustus 2010

APA SAJAKAH ADAB DALAM BERPUASA ?

Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa sajakah adab (tata cara) berpuasa ?

Jawaban.
Termasuk salah satu adab berpuasa adalah membiasakan diri bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". [Al-Baqarah : 183]

Sesuai pula dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan mengerjakan kedustaan, maka Allah tidak butuh kepada amalannya dalam meninggalkan makanan dan minumannya". [1]


Termasuk adab dalam berpuasa lainnya adalah memperbanyak sedekah, amal kebaikan, berbuat baik kepada orang lain, terutama di bulan Ramadhan, sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan tatkala Jibril menjumpainya untuk bertadarrus Al-Qur'an.[2]


Termasuk juga adab puasa menjauhi apa yang diharamkan Allah berupa kebohongan, mencela, mencaci, menipu, khianat, melihat barang yang haram, mendengarkan hal yang haram, serta perbuatan haram lainnya yang harus dijauhi oleh orang yang sedang berpuasa dan teman-temannya yang lain, tetapi terhadap orang yang puasa lebih dikuatkan perintahnya.


Adab puasa yang lainnya adalah makan sahur, mengakhirkan sahur, sesuai sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.


"Makan sahurlah kalian karena di dalam sahur ada barokah". [3]


Termasuk adab puasa adalah berbuka puasa dengan kurma basah (matang), jika tidak didapatkan boleh dengan kurma kering, jika itupun tidak diperoleh maka dengan air, menyegerakan berbuka tatkala telah jelas benar tenggelamnya matahari, atau dia benar-benar yakin bahwa matahari telah tenggelam, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam


"Senantiasa orang banyak berada dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka puasa". [4]




[Disalin dari kitab Majmu' Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]
_________
Foote Note
[1].Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum, Bab : Orang yang tidak meninggalkan kata-kata dusta, megerjakannya (1903)
[2].Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Paling dermawannya Nabi terjadi di bulan Ramadhan (1902)
[3]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Barakahnya sahur (1923). Muslim, Kitab : Shiyam. Bab : Keutamaan sahur (1905)
[4]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum. Bab : Menyegerakan buka puasa




Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1621/slash/0