ASSALAMUALAIKUM

ASSALAMUALAIKUM

Minggu, 26 Desember 2010

***RINDU***


Harus jujur kuakui, sulit bagiku tuk definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang kuketahui tentang rindu itu sendiri.

Siapapun berhak memberikan pandangan tentang rindu. Aku berpikir, kata rindu itu sendiri bersifat umum. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya disertai obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu.

Tak salah pula sekiranya kututurkan bahwa rindu adalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi anggota badan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukan sesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..

Rasanya sulit jua bagiku memandang rindu sebagai sebuah “penyakit”. Namun begitu, tak mudah pula kupandang rindu sebagai reaksi jiwa yang “sehat”. Bagaimana tak kuucap demikian, cobalah engkau rasakan atau bisa jadi detik ini sedang engkau rasakan letupan-letupan rindu yang bergejolak.


>>Percikan Rindu Di Sudut Hati..

Awalnya, rindu mungkin masih tak “liar” dan sedang terlelap nyenyak di sudut ruang hati. Seiring detik berdetak, pemiliknya sering tak tersadar, angin sejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun. Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga.

Seiring waktu pula, rindu semakin bereaksi dan “mengamuk” serta berkecamuk hebat di hati. Pada saat yang sama, terbisiklah telinga untuk segera mendengar hal-hal yang rindu inginkan. Tersapalah lidah untuk berbicara. Terayulah mata untuk memandang. Tergodalah jiwa tuk rasakan hal-hal yang ingin dikenang.


>>Obati Rindu. .

Saat-saat seperti itulah kukatakan rindu sebagai “penyakit”. Walau tak bersifat medis, ia pula terkadang timbulkan gejala-gejala lain yang menyebabkan si empunya terbaring sakit. Karena itu, sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi penawar sekaligus obat utamanya.


Potret-potret Rindu

Ada banyak potret-potret kerinduan yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan tak ada cinta yang ia semburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya tunas-tunas cinta.

***

Dulu, ketika engkau bayi dan ditinggal sebentar sang ibu, tangisanmu langsung meledak dan serpihannya menusuk hati sang ibu. Terkumpul bermacam rindu darimu untuk ibu. Kau rindukan air susunya. Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian sayangnya.



Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu. Ia rindukan candaanmu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu.

***

Mari sejenak intip sang ayah yang sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugas, rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan canda si kecil di beranda. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia rindukan racikan masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin cepat pulang.



***

Seorang wanita pun begitu sensitif disapa oleh rindu. Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syari bermu’amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki titik-titik pesona dan mampu ditangkap sang wanita.

Itulah yang menjadikan sang wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening bak kristal menyusuri pipi.



***

Terlebih lagi bagi mereka baik laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari hubungan tak jelas dan haram yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai dua insan itu. Mereka kenang masa-masa “indah” yang telah berlalu. Syaitan pun beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung.



***

Dan beberapa hari lagi, salah satu kerinduan orang-orang beriman akan terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Tamu agung yang dinanti-nanti. Di bulan itulah orang-orang beriman menabung limpahan pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal. Mendekati hari pertama puasa, rindu mereka memuncak. Sebelas bulan sudah berlalu dan pada saat itu mereka rindukan nikmatnya beribadah, mereka rindukan suasana berbuka puasa, mereka rindukan suasana sahur penuh berkah, dan pula, mereka rindukan tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan ar-rahman. ..


sandiwara langit

Sabtu, 11 Desember 2010

Untuk seseorang yang akan menjadi suamiku


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته





Aku di sini...

Tetap menunggumu...

Walau hujan di luar sana tak kunjung reda...

Walau pelangi enggan muncul...

Walau inginku pergi dari tempat ini...

Namun aku sudah berjanji...

Aku akan tetap menunggumu di sini

Aku tak pernah bosan untuk menunggu kehadiranmu

Karena saat-saat menunggumu adalah saat-saat yang paling seru

Di mana aku berkutat dengan hal lain

Berjuang demi ‘izzah kaum muslimin

Berteriak menyuarakan pembebasan umat muslim

Pembebasan dari paham-paham busuk dan sistem kufur

Dan di sela-sela perjuanganku, masih kumenunggumu...



Ya Akhi,

Aku belum jera menanti dirimu...

Di mana pun engkau berada...

Allah pasti akan mempertemukan kita suatu hari nanti...

Kalau tidak di dunia, akan kujemput engkau di akhirat nanti...

Namun asa untuk segera bertemu denganmu tak akan pernah putus

Hingga nyawa ini ikut terputus...



Akhi fillah,

Ingatkah surat cinta yang kukirimkan padamu beberapa waktu yang lalu?

Ya, aku masih wanita itu...

Aku memang memilihmu karena engkau adalah pejuang Islam

Namun bukan berarti aku tak mencintai dirimu...

Aku sungguh mencintaimu...

Tapi maafkan aku karena engkau harus jadi nomor tiga...

Setelah Allah dan rasulNya Engkau rela, kan?



Calon mujahidku,

Aku tak memintamu datang secepatnya

Walaupun aku tak bisa berbohong...

Merindukanmu adalah penyiksaan untukku...

Tapi aku memintamu untuk datang tepat pada waktunya...

Agar segalanya terasa lebih manis... Untukmu...untukku...untuk keluarga yang akan kita bentuk...



Wahai jundullah,

Bila saat ini engkau belum bisa menemuiku karena harus berjuang

Membela agama Allah...menegakkan dinul haq...

Maka aku merelakan engkau terus berjuang

Aku akan tetap di sini menantimu dengan sabar dan setia...

Dan bila engkau harus mengorbankan jiwamu demi tegakknya kalimat Allah di bumi ini

Maka aku merelakan malam-malamku di dunia bersamamu...

Ditukar dengan pertemuan kita di syurga Allah (amin!)



Calon suamiku,

Wujudmu kini masih tertutup tabir....

Sifatmu masih menjadi misteri bagiku...

Tapi itu bukan masalah....

Karena aku yakin engkaulah yang terbaik...

Engkaulah yang meminjamkan tulang rusukmu padaku...

Maka...hati ini pasti akan mengenali dirimu...

Saat kita bertemu nanti.... Entah di mana....



Akhi fillah,

Datanglah saat engkau sudah siap

Mengarungi lika-liku kehidupan...

Denganku di sisimu...

Semoga Allah memudahkan urusan kita...



السلام عليكم و رحمة الله و بركاته